Salah satu pemikirannya yang mengubah cara pandang para pemikir filsafat adalah konsep Tuhan sudah mati. Pemikiran tersebut merupakan hal yang baru karena menjadi pendobrak konsep lama yang didominasi oleh cara berpikir Kristen. Para ahli menyebut Nietzsche sebagai seorang penganut nihilisme. Nihilisme merupakan pendirian atau paham yang berporos pada ‘tiada apa-apa pun’. Seperti kaum nihilis yang lain, Nietzsche berpandangan bahwa diperlukan adanya sebuah “kehancuran” total untuk suatu perbaikan.
Pemikiran Friedrich W. Nietzsche
Sebagaimana telah dijelaskan di atas pada dasarnya pemikiran
Friedrich Nietzsche secara umum digolongkan menjadi tiga tahapan. Namun agaknya
penulis disini bermaksud ingin menguraikan beberapa titik ajaran Nietzsche yang
menurut K. Bertens dalam bentuk yang lebih matang, yaitu pada tahap ketiga.
Akan tetapi perlu ditegaskan bahwa bukan berarti pikiran-pikiran ini belum ada
dalam tahapan-tahapan terdahulu.
Berikut ini beberapa pemikiran Nietzche.
1.
Kehendak
Untuk Berkuasa
Kehendak untuk berkuasa merupakan hakikat dari dunia, hidup dan
segala yang ada. Kehendak untuk berkuasa adalah hakikat dari segala-galanya. Kehendak
untuk berkuasa ini jangan dipahami seperti halnya yang dipahami kaum
metafisik, namun merupakan khaos yang tak mempunyai landasan apapun.
Dapat juga dipahami kehendak untuk berkuasa merupakan suatu kekuatan yang
memerintah (dirinya sendiri) tanpa mengandaikan pasivitas dan stabilitas.
Kehendak untuk berkuasa (Der wille zur Macht) ini
dipengaruhi oleh Schopenhauer, namun juga ada sumber yang lain misalnya
semangat berlomba dalam kebudayaan Yunani. Nietzsche mengutarakan prinsip ini
dalam rangka filsafat manusia, akan tetapi pada ahirnya prinsip kehendak untuk
berkuasa berlaku pada segala sesuatu yang ada (termasuk juga alam
inorganis). Pendapat ini di gunakan untuk mendukung fasisme di Jerman.
Menurut Nietzsche dalam tingkah laku manusia (dan sebenarnya juga
dalam semua kejadian alam semesta) satu-satunya faktor yang menentukan ialah
daya pendorong hidup atau hawa nafsu. Daya disini tidak boleh dipahami dalam
arti monistis, tetapi dipahami dalam arti pluralistis, tidak ada satu melainkan
ada banyak daya pendorong hidup.
Ia juga menjelaskan bahwa kehidupan merupakan perjuangan untuk memperoleh
kekuasaan dan perjuangan merupakan hal yang baik. Pikiran merupakan alat untuk
mengendalikan insting (kehendak untuk hidup dan berkuasa), sedangkan
pengetahuan memiliki nilai jika dapat meningkatkan dan mempertahankan
kehidupan.
Berdasarkan pemahaman di atas Nietzsche mengatakan bahwa ada dua
macam moral, yaitu moral tuan dan moral budak. Moral Tuan ialah manusia yang hidup dimana yang memberanikan diri
untuk mewujudkan hawa nafsunya. Ia tidak mencari dalil roh dan tidak memakai
roh sebagai topeng. Dapat dilihat pada individu yang kuat dan otonom. Moral
Budak ialah Manusia yang hidup dimana yang tidak memberanikan diri untuk
melampiaskan hawa nafsu , tetapi menyuruh roh untuk menaklukkan hawa nafsu.
Disini yang dimaksud adalah kasih sayang, keramahan, dan kerendahan hati yang dijunjung
tinggi.
2.
Uebermensch
Salah
satu ajaran Nietzsche yang terkenal adalah ubermensch (manusia atas)
dalam bahasa inggris biasanya dikatakan superman, tetapi menurut W.
Kaufmann sebaiknya diterjemahkan overman. Tidak gampang untuk
menyingkatkan pemikiran Nietzsche tentang ubermensch, sebab pemikirannya
dalam hal ini acap kali samar-samar saja. Adapun pada umumnya dikatakan bahwa
Nietzsche ingin memaparkan pendapatnya dalam konteks ateismenya.
Manusia
yang ideal adalah ubermensch (manusia atas). Padanyalah kehendak untuk
berkuasa membawa kepada penguasaan dunia yang secara sempurna. Penguasaan ini
hanya dapat dicapai dalam penderitaan. Hanya siapa yang banyak menderitalah
yang dapat berpikir, dan hanya pemikirlah yang sungguh-sungguh dapat menjadi
penguasa.
Ubermensch adalah manusia luhur, yaitu manusia yang mempunyai kekuatan
kehendak yang lebih kuat, lebih berani, lebih mendorong untuk berkuasa, kurang simpati,
kurang takut dan kurang sopan.
Ubermensch
adalah cara manusia memberikan nilai pada dirinya sendiri tanpa
berpaling dari dunia dan menengok ke seberang dunia. Dengan cara penilaian ini
Nietzsche tidak lagi menaruh kepercayaan setiap bentuk nilai adikodrati dari
manusia dan dunia.
Bagi Nietzsche satu-satunya penghargaan akan hidup adalah dengan berkata “ya”
pada hidup itu. Sikap manusia yang dapat mengafirmasi hidupnya dapat
diibaratkan seperti laut. Tanpa harus menjalani murni, laut bersedia menampung
berbagai aliran sungai yang penuh dengan polusi. Sebelum orang dapat
mengafirmasi segala dorongan hidupnya, tak mungkin ubermensch tercipta.
Lewat ubermensch manusia tidak lagi gentar terhadap dorongan hidupnya,
dan manusia menjadi kerasan tinggal di dunia.
Pada dasarnya ubermensch disini
mengarahkan pada pemahaman bahwa “Allah telah mati”, tidak ada sesuatu pun yang
melebihi atau mengatasi dunia ini. Ubermensch mengakui dunia ini seratus
persen, ia menerima secara konsekuen bahwa ia sendiri merupakan “kehendak untuk
berkuasa”.
Hanya manusia ataslah yang masih hidup, dunia ini masih berarti karena manusia
atas itu. Maka orang harus setia pada dunia ini, dan tidak usah percaya akan
adanya harapan-harapan yang mengatasi dunia ini.
3.
Kembalinya
Segala Sesuatu
Pada
pemikiran ini yaitu Die ewige Wiederkehr des Gleichen (kembalinya segala
sesuatu) Nietzsche mengatakan bahwa hal tersebut didapati dari sebuah ilham. Bila
bumi kita nanti dihancurkan, dari materi yang tinggal akan berkembang lagi
suatu bumi baru yang persis sama dengan bumi ini. Semua peristiwa yang pernah
berlangsung akan terjadi lagi dengan cara yang persis sama. Dan proses itu akan
diulangi dengan tak henti-hentinya, meskipun dalam jangka waktu yang panjang
sekali.
sejarah akan mencapai kesudahannya, akan tetapi tiap kesudahan menuntut adanya
permulaan yang baru. Itulah sebabnya maka secara terus menerus segala sesuatu
kembali lagi pada awalnya, atau juga semacam roda yang berputar.
Untuk membuktikan kebenaran kembalinya segala sesuatu Nietzsche
mengatakan bahwa dunia kita ini merupakan suatu energi raksasa. Energi ini
tidak bertambah atau berkurang, tidak mengembang atau menyusut, energi ini
sudah sedemikian bulat, mapan dan mantap sehingga tak mungkin ada perubahan
yang dapat mempengaruhi kuantitasnya. Dunia berlangsung dengan terjadinya
proses kombinasi-kombinasi energi yang ada di dalamnya. Kombinasi-kombinasi ini
jumlahnya bukan tak terbatas. Dalam jangka waktu tertentu semua kemungkinan
kombinasi yang ada dapat terpenuhi semuanya, dan jika semua kombinasi sudah
terpenuhi maka kemungkinan-kemungkinan kombinasi sudah terjadi akan terulang
lagi
Gagasan Nietzsche tentang kembalinya segala sesuatu bermaksud
bahwa hal tersebut merupakan rumusan afirmasi tertinggi yang dapat dicapai, serta
merupakan ujian terahir bagi bukti adanya afirmasi akan hidup. Dengan kata lain
sebelum orang mengalami dan menerima kembalinya segala sesuatu, dia
belum mengafirmasi hidup dan dunia secara mutlak. Gagasan kembalinya segala
sesuatu ini sebenarnya merupakan sebuah ajakan yang mengarahkan kita untuk
mengafirmasi hidup dan dunia
4.
Kritik
Atas Agama Kristen
Nietzsche
termasuk filsuf-filsuf ateis yang paling ekstrem pada zaman modern. Kritiknya
atas agama Kristen tersebut tersebar luar dalam berbagai karyanya, namun puncak
kritik tersebut terdapat dalam bukanya yang berjudul Antikristus. Bagi
Nietzsche peristiwa yang paling menonjol dalam masyarakat barat pada zaman
modern ialah bahwa “Allah telah mati”. Dengan semboyan ini dimaksudkan bahwa
kepercayaan kristiani akan Allah di Eropa barat pada waktu itu sudah layu dan
hampir tidak mempunyai peranan real lagi.
Nietzsche
menyebut datangnya zaman itu sebagai zaman kreativitas dan kemerdekaan. Sebab
dengan “kematian Allah” terbukalah horison seluas-luasnya bagi segala energi
kreatif untuk berkembang penuh. Tak ada lagi larangan atau perintah, dan kita
tidak lagi menoleh pada dunia luar. Ide Allah dalam agama Kristen menurut
Nietzsche memusuhi dan memerangi kehidupan dan alam, menghilangkan daya-daya
vital kita. Dengan “kematian Allah” manusia tidak lagi bersikap pengecut dan
menolak dunia.
Ketidak
berdayaan orang melepaskan sebuah kebiasaan disebabkan oleh gerak sejarah yang
sudah dibelenggu oleh polusi moral Kristen. Hal ini dapat dilihat dari empat
hal. Pertama, moral Kristen memberikan nilai absolut bagi manusia
sebagai jaminan bagi dirinya yang merasa kecil dan tidak berarti. Kedua, moral
Kristen berlaku sebagai perintah-perintah Tuhan di dunia. Ketiga, moral
Kristen menanamkan pengetahuan akan nilai-nilai absolut untuk memahami apa yang
dianggap paling penting. Keempat, moral Kristen berperan sebagai sarana
pemeliharaan bagi manusia. Keempat hal ini menjadikan manusia merasa aman akan
hidupnya, sehingga sulit melepaskannya.
Menurut Nietzsche sendiri semestinya manusia harus bebas dari segala makna
absolut yang menjamin dirinya dan dunianya. Manusia sendirilah yang harus
menciptakan dunia dan memberikan nilai. Dan menunjukkan bagaimana harus
melakukannya tanpa bercita-cita menciptakan Tuhan-Tuhan baru.
sumber : https://godforsakenarab.wordpress.com/2013/03/10/tuhan-sudah-mati-sebuah-telaah-pemikiran-nietzsche-mengenai-eksistensi-tuhan/
http://alcharis.blogspot.co.id/2014/06/pemikiran-friedrich-nietzsche.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar