Senin, 29 Mei 2017

august comte

Hakekat Manusia menurut Auguste Comte

Berbicara mengenai tahap pemikiran manusia maka tak akan lepas dari teori hukum tiga tahap yang dicetuskan oleh Auguste Comte. Sebelum mengenal bagaimana tahap pemikiran manusia, akan lebih baik kita mengetahui siapa Auguste Comte. August Comte dilahirkan pada 1798 di Montpellier, Prancis. Orang tuanya berasal dari keluarga menengah. Pada umur belasan tahun ia menolak beberapa adat kebiasan dari keluarganya yang katholik orthodox, yaitu kesalehan dalam agama dan dukungan terhadap bangsawan. Ia belajar disekolah politeknik di Paris dan menerima pelajaran ilmu pasti. Sesudah menyelesaikan sekolahnya ia mempelajari biologi dan sejarah, dan mencari nafkah dengan memberikan les matematika. Comte bekerja sama dengan Saint Simon untuk beberapa tahun, tetapi kemudian berselisih faham dan Comte bekerja secara mandiri.
Perlu diketahui bahwa Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi, yang pada awalnya disebutnya fisika sosial, yang focus kajiannya terletak pada struktur sosial dan dinamika sosial. Oleh karena itu ia sering dikenal sebagai Bapak Sosiologi oleh kalangan sosiolog lainnya. Comte mengembangkan pandangan ilmiahnya mengenai “positivism”, atau filsafat positif. Positivisme diturunkan dari kata positif, filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Positivism hanya membatasi diri pada apa yang tampak, segala gejala. Dengan demikian positivisme mengesampingkan metafisika karena metafisika bukan sesuatu yang real, yang tidak dapat dibuktikan secara empiris dan tidak dapat dibuktikan.
Positivisme merupakan bentuk lain dari empirisme, yang mana keduanya mengedepankan pengalaman. Yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah bahwa positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, tetapi empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau pengalaman-pengalaman subjektif.

Tahap 1: Tahap Teologis
Selama masa itu, system ide utama dititik beratkan pada kepercayaan bahwa kekuatan supranatural dan figure-figur religious, yang berwujud manusia, menjadi akar segalanya. Secara khusus dunia sosial dan fisik dipandang sebagai dua hal yang dibuat Tuhan. Intinya pada tahap Teologis ini seseorang mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terakhir segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terakhir segala sesuatu. Menurut Comte pada tahap ini, manusia berkeyakinan bahwa setiap benda-benda merupakan ungkapan dari supernaturalisme. Tahap ini bias disebut sebagai tahap kekanak-kanakan dimana manusia tidak mempunyai daya kritis sama sekali.

Tahap 2: Tahap Metafisika
Tahap ini berlangsung dari 1300 sampai dengan 1800. Era ini dicirikan oleh kepercayaan bahwa kekuatan abstrak seperti “alam”, dapat menjelaskan segalanya. Ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai mempertanyaan dan mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang sesuatu dibalik fisik.

Tahap 3: Tahap Positif

Tahap positif dimana orang menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan, yaitu dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya. Tujuan tertinggi dari tahap positif adalah menyusun dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum. Bagi Comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga individu dan ilmu pengetahuan.
 https://tempussomnium.wordpress.com/2016/05/24/hakekat-manusia-berdasarkan-auguste-comte/
http://awisbermimpi.blogspot.co.id/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar